Fenomena
pemuda di zaman kekinian sudah berubah signifikan. Semakin modern zaman, pemuda
semakin dininabobokan dengan gaya hedonis. Padahal, eksistensi pemuda dikenal
dengan intelektual yang dapat merubah bangsa lebih baik. Semisal pemuda sebagai
penggerak kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajah, dan lalu pemuda pun
menjadi pelopor reformasi pada era tahun 1998.
Di
jawa barat, setiap tahunnya angka pengangguran bertambah. Padahal,
sekolah-sekolah berkelas tumbuh. Dengan label internasional, dan nasional
ternyata belum mampu menciptakan pemuda yang handal dan mandiri. Karena kebanyakan
pola pikir dari mereka, setelah lulus kemudian bekerja di salah satu
perusahaan, dan menjadi pegawai. Seharusnya jika kita ingin mengurangi angka
pengangguran di jawa barat, yaitu dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri. Mindset seperti inilah yang dibutuhkan oleh pemuda masa kini, yaitu
Pemuda mandiri yang menjadi solusi bagi pemuda-pemuda lainnya.
Namun
usaha tersebut tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Banyak
sisi-sisi yang harus mendapat perhatian. Terutama di era global seperti ini,
dimana terjadinya arus-arus yang dapat menghabis kikis nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam realita, pemuda hari ini dicecoki seperti
internet, game online. Sebetulnya tidak ada yang salah dalam menggunakan itu
semua. Hanya saja cara menggunakannya yang sering disalahkaprahkan. Seperti
berlebihan dalam menggunakannya. Kadang kebanyakan pemuda hari ini,seharian
penuh menggunakan internet dan game online karena sudah kecanduan. Dan dampak
dari hal tersebut yaitu, kurang nya respon para pemuda terhadap realita yang
sedang terjadi. Mereka seperti terbius dan terlena oleh kesenangan semu.
Sehingga gaya hidup seperti itulah yang dapat menghancurkan nilai-nilai dan
budaya bangsa.
Untuk
memajukan jawa barat setidaknya harus menata 3 aspek pembangunan. Pembangunan
moralitas, pembangunan ilmu pengetahuan dan pembangunan perekonomian.
Pembangunan moralitas digalakkan agar para pemuda menjadi lebih berkarakter dan
bermental baik. Sikap yang baik, akan menghasilkan sesuatu yang baik. Dimana
sikap yang baik itu adalah sikap yang mengaplikasikan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Para pemuda ini senantiasa dibentuk untuk memiliki
tenggang rasa, gotong royong, kebersamaan, dan sikap saling menghargai antar
pemuda satu sama lain. Mereka harus punya tujuan hidup, jiwa sosial yang
tinggi, teguh memegang prinsip hidup dan tak mudah terprovokasi oleh hal-hal
negatif. Hal ini dapat dicapai dengan menekankan pendidikan dari segi sikap,
moral, dan mental di segala bidang, baik itu dalam pendidikan formal ataupun
dalam pelatihan-pelatihan nonformal. sembari disisipi dengan nilai cinta tanah
air tinggi terhadap Negara Republik Indonesia
Melihat
latar belakang sosiologis dan psikologis itulah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat
mencoba merumuskan orientasi gerakan Pemuda Muhammadiyah ke depan. Pertanyaan
yang perlu mendapat jawaban serius adalah benarkah Pemuda Muhammadiyah telah
berbuat optimal dalam melayani umat dan bangsa ini? Ataukah kehadirannya hanya
sekedar pelengkap di tengah-tengah masyarakat dan bangsa Indonesia?
Dalam
konteks inilah diperlukan revitalisasi Gerakan Pemuda Muhammadiyah menuju cita
dan harapan. Di pundak Pemuda Muhammadiyah tergantung setumpuk harapan.
Kerja-kerja nyata Pemuda Muhammadiyah sedang dinantikan. Banyak agenda umat
yang harus segera diselesaikan. Tidak ada waktu lagi untuk berpangku tangan.
Saatnya kini Pemuda Muhammadiyah membuktikan dirinya sebagai abdi umat dan abdi
bangsa.
Dengan
sejumlah potensi yang dimilikinya, Pemuda Muhammadiyah memiliki peluang yang
cukup besar dalam memperbaiki kondisi yang ada. Sebagai generasi penerus idaman
umat, Pemuda Muhammadiyah diharapkan dapat melanjutkan perjuangan dalam
menjemput masa depan yang lebih baik. Pemuda Muhammadiyah merupakan salah satu
elemen yang menjadi kunci sekaligus penggerak perubahan di seluruh sektor
kehidupan.