Logo Pemuda Muhammadiyah |
Selasa, 14 Februari 2017
Minggu, 11 September 2016
Menyembelih Egoisme, Merayakan Solidaritas**
Oleh : Haidar Nashir*
Musuh terbesar manusia adalah diri sendiri. Diri yang mengandung dan membesarkan ego, yang daya dorongnya dahsyat laksana magma memicu letusan gunung berapi. Diri yang sering kali menjelma menjadi musuh sesama, bahkan berseteru dengan akal budinya yang otentik. Diri yang terjebak dalam ta’bid ’an al-nafs, menjadikan tubuh dan jiwanya sebagai budak pesona dunia.
Sejarah manusia sesungguhnya dimulai dari pertarungan hidup menaklukkan segala hasrat dan kepentingan diri di tengah relasi orang lain dan lingkungannya. Dalam bahasa kaum Freudian, konflik antara hasrat gratifikasi ego diri dan tertib sosial. Apakah dia menjadi pemenang seperti Habil atau pecundang pada diri Kabil? Kedua putra Adam Alaihi Salam itu memberi pelajaran awal tentang sejarah perang melawan diri dan sesama.
Pada titik dialektik antara hasrat dan kendali diri itulah sesungguhnya Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar melalui peristiwa kurban pada Idul Adha mengajarkan mosaik rohaniah yang berharga. Bahwa setiap insan beriman akan naik tangga ke puncak keutamaan tertinggi jika sukses menaklukkan dirinya demi sesuatu yang lebih luhur dan hakiki.
Musuh terbesar manusia adalah diri sendiri. Diri yang mengandung dan membesarkan ego, yang daya dorongnya dahsyat laksana magma memicu letusan gunung berapi. Diri yang sering kali menjelma menjadi musuh sesama, bahkan berseteru dengan akal budinya yang otentik. Diri yang terjebak dalam ta’bid ’an al-nafs, menjadikan tubuh dan jiwanya sebagai budak pesona dunia.
Sejarah manusia sesungguhnya dimulai dari pertarungan hidup menaklukkan segala hasrat dan kepentingan diri di tengah relasi orang lain dan lingkungannya. Dalam bahasa kaum Freudian, konflik antara hasrat gratifikasi ego diri dan tertib sosial. Apakah dia menjadi pemenang seperti Habil atau pecundang pada diri Kabil? Kedua putra Adam Alaihi Salam itu memberi pelajaran awal tentang sejarah perang melawan diri dan sesama.
Pada titik dialektik antara hasrat dan kendali diri itulah sesungguhnya Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar melalui peristiwa kurban pada Idul Adha mengajarkan mosaik rohaniah yang berharga. Bahwa setiap insan beriman akan naik tangga ke puncak keutamaan tertinggi jika sukses menaklukkan dirinya demi sesuatu yang lebih luhur dan hakiki.
Selasa, 26 Juli 2016
Jangan Pernah Biarkan Gagasan Besar Mati!
Membumikan agenda lima jihad, Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Barat bersiap meluncurkan agenda ‘Jabar Beraksi’.
“Ruh gerakannya lima jihad yang telah kami sampaikan saat pelantikan 29 Mei lalu. Jihad melawan korupsi, jihad ekonomi, jihad untuk lingkungan, jihad dari kekerasan seksual dan jihad pembaharuan pemikiran Islam,” kata Ketua PWPM Jabar, Iu Rusliana, kepada Muhammadiyah.or.id, Selasa (26/7).
Jabar beraksi ini, lanjut Iu Rusliana, merupakan jargon dan himpunan gerakan untuk kelima jihad itu yang dicetus usai Rapat Kerja Wilayah PWPM Jabar di Ciwidey, Bandung, Ahad (24/7). Direncanakan agenda ini pun akan disemarakkan pada bulan Oktober 2016 dengan menggandeng seluruh pemangku kepentingan di Muhammadiyah.
“Organisasi otonom, Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Jabar akan kami sinergikan agar gerakan ini benar-benar menjadi gerakan masyarakat sipil yang masif dan membumi,” ujar Iu Rusliana yang juga menjadi Wakil Sekjend Kornas Fokal IMM ini.
Jabar beraksi mengandung makna Jawa Barat bebas dari korupsi. Ini merupakan gerakan masyarakat sipil dari Pemuda Muhammadiyah untuk menurunkan kasus korupsi. Pemuda Muhammadiyah Jabar, kata dia, juga akan membuat posko pengaduan korupsi. Dan pada 2017 akan membuat pilot project daerah bebas korupsi dan program anti korupsi lainnya.
Selasa, 19 Juli 2016
Sumber Dosa
Iu Rusliana
Sungguh sangat mudah menilai orang lain, namun untuk
jujur tentang diri sendiri, sukar rasanya. Benteng penghalang bernama
keangkuhan terlalu kokoh untuk dirobohkan. Rendah hati mengakui kekurangan dan
kesalahan langka ditemukan. Begitulah
sifat umum sebagian dari kita, karena kebeningan jiwa dan tekad untuk terus
memperbaiki diri tidak menyertai. Iri, dengki dan segenap penyakit hati kerap menguasai,
padahal itu sumber segala dosa.
Rasulullah Saw pun mengingatkan: “Tiga hal yang
merupakan sumber segala dosa, hindarilah dan berhati-hatilah terhadap
ketiganya. Hati-hati terhadap keangkuhan, karena keangkuhan membuat Iblis
enggan bersujud kepada Adam, dan hati-hatilah terhadap tamak (rakus), karena
ketamakan mengantar Adam memakan buah terlarang, dan berhati-hatilah terhadap
iri hati, karena kedua anak Adam (Qabil dan Habil) salah seorang di antaranya
membunuh saudaranya akibat dorongan iri hati,” (HR. Ibn Asakir melalui Ibn
Mas’ud).
Kamis, 14 Juli 2016
Kualitas Diri
Oleh : Iu Rusliana
Kualitas dan
kemuliaan manusia ditentukan oleh pikiran, ucapan dan tindakannya. Mengembangkan
ilmu pengetahuan dan berpikir tentang sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat.
Bertutur dengan penuh kesantunan, terjaga lisan dan jauh dari melukai perasaan.
Bertindak memuliakan dirinya, bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.
Kualitas
diri juga ditentukan oleh kesungguhan dan tidak menyepelekan sesuatu. Boleh
jadi urusan itu kecil bagi kita, tapi besar bagi orang lain. Perlakukan sama
segala urusan agar hasilnya optimal. “Dan
kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah
besar,” (QS An-Nur ayat 15).
Selanjutnya,
bersegeralah mengerjakan sesuatu, agar tugas lain dapat dikerjakan dengan
sebaik mungkin. Menumpuknya hanya membuat malas dan pekerjaan semakin berat.
“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh urusan yang lain,” (QS Al Insyirah:7).
Minggu, 03 Juli 2016
Jumat, 26 Februari 2016
Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat
Fenomena
pemuda di zaman kekinian sudah berubah signifikan. Semakin modern zaman, pemuda
semakin dininabobokan dengan gaya hedonis. Padahal, eksistensi pemuda dikenal
dengan intelektual yang dapat merubah bangsa lebih baik. Semisal pemuda sebagai
penggerak kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajah, dan lalu pemuda pun
menjadi pelopor reformasi pada era tahun 1998.
Di
jawa barat, setiap tahunnya angka pengangguran bertambah. Padahal,
sekolah-sekolah berkelas tumbuh. Dengan label internasional, dan nasional
ternyata belum mampu menciptakan pemuda yang handal dan mandiri. Karena kebanyakan
pola pikir dari mereka, setelah lulus kemudian bekerja di salah satu
perusahaan, dan menjadi pegawai. Seharusnya jika kita ingin mengurangi angka
pengangguran di jawa barat, yaitu dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri. Mindset seperti inilah yang dibutuhkan oleh pemuda masa kini, yaitu
Pemuda mandiri yang menjadi solusi bagi pemuda-pemuda lainnya.
Namun
usaha tersebut tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Banyak
sisi-sisi yang harus mendapat perhatian. Terutama di era global seperti ini,
dimana terjadinya arus-arus yang dapat menghabis kikis nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam realita, pemuda hari ini dicecoki seperti
internet, game online. Sebetulnya tidak ada yang salah dalam menggunakan itu
semua. Hanya saja cara menggunakannya yang sering disalahkaprahkan. Seperti
berlebihan dalam menggunakannya. Kadang kebanyakan pemuda hari ini,seharian
penuh menggunakan internet dan game online karena sudah kecanduan. Dan dampak
dari hal tersebut yaitu, kurang nya respon para pemuda terhadap realita yang
sedang terjadi. Mereka seperti terbius dan terlena oleh kesenangan semu.
Sehingga gaya hidup seperti itulah yang dapat menghancurkan nilai-nilai dan
budaya bangsa.
Untuk
memajukan jawa barat setidaknya harus menata 3 aspek pembangunan. Pembangunan
moralitas, pembangunan ilmu pengetahuan dan pembangunan perekonomian.
Pembangunan moralitas digalakkan agar para pemuda menjadi lebih berkarakter dan
bermental baik. Sikap yang baik, akan menghasilkan sesuatu yang baik. Dimana
sikap yang baik itu adalah sikap yang mengaplikasikan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Para pemuda ini senantiasa dibentuk untuk memiliki
tenggang rasa, gotong royong, kebersamaan, dan sikap saling menghargai antar
pemuda satu sama lain. Mereka harus punya tujuan hidup, jiwa sosial yang
tinggi, teguh memegang prinsip hidup dan tak mudah terprovokasi oleh hal-hal
negatif. Hal ini dapat dicapai dengan menekankan pendidikan dari segi sikap,
moral, dan mental di segala bidang, baik itu dalam pendidikan formal ataupun
dalam pelatihan-pelatihan nonformal. sembari disisipi dengan nilai cinta tanah
air tinggi terhadap Negara Republik Indonesia
Melihat
latar belakang sosiologis dan psikologis itulah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat
mencoba merumuskan orientasi gerakan Pemuda Muhammadiyah ke depan. Pertanyaan
yang perlu mendapat jawaban serius adalah benarkah Pemuda Muhammadiyah telah
berbuat optimal dalam melayani umat dan bangsa ini? Ataukah kehadirannya hanya
sekedar pelengkap di tengah-tengah masyarakat dan bangsa Indonesia?
Dalam
konteks inilah diperlukan revitalisasi Gerakan Pemuda Muhammadiyah menuju cita
dan harapan. Di pundak Pemuda Muhammadiyah tergantung setumpuk harapan.
Kerja-kerja nyata Pemuda Muhammadiyah sedang dinantikan. Banyak agenda umat
yang harus segera diselesaikan. Tidak ada waktu lagi untuk berpangku tangan.
Saatnya kini Pemuda Muhammadiyah membuktikan dirinya sebagai abdi umat dan abdi
bangsa.
Dengan
sejumlah potensi yang dimilikinya, Pemuda Muhammadiyah memiliki peluang yang
cukup besar dalam memperbaiki kondisi yang ada. Sebagai generasi penerus idaman
umat, Pemuda Muhammadiyah diharapkan dapat melanjutkan perjuangan dalam
menjemput masa depan yang lebih baik. Pemuda Muhammadiyah merupakan salah satu
elemen yang menjadi kunci sekaligus penggerak perubahan di seluruh sektor
kehidupan.
Langganan:
Postingan (Atom)